Kamis, 19 Januari 2012

Aku (part 5)

15 desember 2011
PART V
                Hari ke-dua merasakan betapa jauhnya aku dengan dia. Kita hidup dengan kehidupan kita masing – masing tanpa mengusik satu sama lain, tanpa tersenyum dan memandang karena semua terasa sangat jauh sekali, aku berharap agar semua cepet berlalu, agar semua tidak lagi seperti ini, diam membisu, membutuhkan tapi seakan – akan kita tidak saling membutuhkan. Berawal dari kekesalan ku yang tak pernah dapat ku kendalikan, hal tersebut membuat aku dan dia merasakan tidak ada kenyamanan lagi. Dia brusaha untuk mengendalikan ku, tetapi aku tetap mengelak hal seperti itu, karena aku ingin dia sekali memandang ku. Aaiiissshh,, aku kesepian. Menghilang akibat ego ku.

 -masih bakal berlanjut lagi... :">

Aku (part 4)

PART IV                                                    Jogjakarta, 18 november 2011


Yang ku jalani ini adalah nyata. Yang ku hadapi ini adalah kehidupan. Beginilah hidup ku, masih kejenuhan yang menang dalam dunia ku. Entah, apa yang telah terjadi di dalam diri ku? Kata dia “aku kurang menghargai hidup ku”. Yaa.. mungkin itu yang terjadi tanpa ku sadari sampai saat ini. Aku kembali merenung, Tuhan, masihkah Engkau mendengar keluhku, melihat diriku, menyayangi ku? Itu pertanyaan yang ada dalam benak ku. Tetapi, kembali aku bertanya. “apakah aku sudah menyayangi Tuhan ku ? yaa… seharusnya, itu yang dipertanyakan. Jangan terus-terus menpertanyakan Tuhan. Tapi pertanyakan saja dirimu sendiri. Apa siih tujuan hidup mu hingga detik ini ? gapailah tujuan mu.
Banyak dorongan dan masukan untuk ku. Ahh.. aku merasa, dia tidak ada diposisiku makanya diadapat berbicara. Apa si aku ini? Sudahlah.. aku akan tetap menjalani hidup ku. Aku tak ingin menjadi manusia yang merugi.
Malam ini, bertemu seorang-cukup hebat. Beliau banyak bercerita tentang hidupnya, hingga tak memberikan kelonggaran untuk aku dan teman ku berbicara. Berawal dengan beliau mengenal “plat motor”-“B”. ternyata dia salah satu mahasiswa UI. Falkutas teknik sipil. WOW ! tapi beliau tanpa sadar telah menyombongkan dirinya. Halah.. sudah tak heran aku melihat orang-orang seperti itu. Menjadi seorang pendengar siapapun tidak akan ada salahnya toh. Setiap detail ceritanya, hingga aku mulai terletih. Membosankan sekali ! tetapi-janius. Aku tak ingin mempercayakan segala obrolannya. Karena aku tak melihat itu seperti nyata. Hahhahha…
Ujung-ujungnya, ha.. payah.. dia minta no hape ku. Halah.. terbaca kondisi saat itu. Hfu… belum ada 10 menit dari perpisahan kita, hape ku berbunyi. Ternyata beliau mengajak makan. Haks… aku capek! Akhirnya aku putuskan untuk lain waktu saja. Hahhaha…



-bersambung lagi ya.... :D 

Aku (part 3)

Jogjakarta, 14 november 2011
Part III
                Indah. Yaa.. saat ini indah sekali, menahan segala yang ku inginkan. Dan aku mulai menyadari bahwa tak semua dapat ku miliki. Apapun itu ! terbukti, aku tidak dapat memiliki dia yang disana. Tetapi aku tak ingin dia melupakan ku, walaupun itu hanya sejenak. Yaa.. walau sejenak!
                Aku sendiri, dan masih tetap sendiri. Tanpa seorangpun yang menemani ku. Saat ini dan mungkin hingga nanti, aku ingin dia tetap menemani ku, walau terkadang aku terus dan terus melukainya, hingga mengecewakannya bahkan tidak hanya sekali, dua kali, ataupun tiga kali, namun berkali-kali. Sungguh, betapa teganya aku memperlakukan orang yang setia menemani ku. Aku pun tak dapat mengerti bagaimana memperlakukan seseorang yang ku sayang, baik dia, kamu, dan diri ku. Mungkinkah aku harus merasakan kehilangan mereka berulang-ulang? Seperti Tuhan menghilangkan Papa ku. Atau bahkan seperti Tuhan memutuskan cinta ku dengan seorang yang saat ini tak lagi dihadapan ku.
Hmm.. mungkinkah dia special dihati ku ? entahlah, aku tak ingin pertanyaan itu ada dalam benak ku . aku memang sendiri, tetapi, aku tak ingin dia. Biarlah dia dapat merasakan indahnya kehidupan tanpa aku yang selalu mengeluh dengannya.


 -bersambung ya? : )

Aku (Part 2)

Part II
                Mungkin aku akan menceritakan seseorang. Yaaaa… itu masih sebuah kemungkinan. Kemungkinan apa lagi yang akan terjadi dengan seseorang itu?
Seseorang itu tak banyak menceritakan sebuah kisah hidupnya, dan mungkin dari situ aku tak banyak tahu tentang dia dan kehidupan dia. Entah, bagaimana caranya agar dia dapat berbagi cerita dengan ku ? tetapi aku tidak akan memaksa kehendaknya. Biarlah dia seperti itu saja. Dan kembali mungkin, itu yang membuat dia nyaman dengan kehidupannya.
Aku teringat ! dia pernah bercerita tentang keluh-kesahnya. Semoga aku masih mengingatnya dengan baik. Aku akan menceritak dengan perlahan ya.
Entah, angin apa yang buat dia dapat melontarkan cerita tanpa ku sangka-sangka. Dia menceritakan seorang temannya yang – sepertinya marah dengannya, mungkin karena dia telat memberikan tugasnya – aku tidak tahu pasti ceritanya. Pokok inti ceritanya, tugas yang dia buat semalaman dibuang ketempat sampah dihadapannya, dia hanya terdiam dan tak ada sepatah katapun terlontarkan dari mulutnya. Keesokan harinya pun, dia tetap tersenyum dengan seseorang yang sudah tidak menghargai karyanya. Bagi dia, tak apalah.. saling memaafkan itu baik. Sungguh, saat itu aku kagum mendengar ceritanya. Betapa dewasanya saat dia menghadapi sebuah masalah yang sudah menyakiti hatinya. Cukup singkat cerita yang pernah dia alami, dan aku pun dapat mengambil kesimpulan yang positif, yaitu hidup untuk “memaafkan dan berterima kasih.”
Dia banyak memberikan sebuah pelajaran. Dia mengajarkan aku tentang menghargai hidup. Semoga dia merupakan seorang yang dapat menegur ku diikala aku tidak merasakan keindahan dunia, hanya merasakan kesuntukan dalam benak ku.





-lagi-lagi bersambung...

Aku (part 1)

                                                                                                                Jogjakarta, 13 november 2011
Part I
                Hujan telah membasahi tanah jogja yang tadi siang terasa sangat gersang sekali. Aku (19 tahun) masih saja mengurung diri dikamar kost sederhana, tetap memandang komputer tiada henti, sejenak berhenti karena terdengar kriuk pada bagian tubuhku yang sepertinya tidak sabar untuk menyuap nasi tanpa memilih lauk yang istimewa ataupun sederhana. Terpenting perut ini terisi dengan cukup.
                Saat ini aku ingin hidup penuh dengan kesederhanaan. Karena sederhana tidak akan menuntut banyak buat diri ku sendiri, kesederhanaan membuat aku lebih baik. Dulu, aku bak seorang wanita yang tidak tahu diri, tidak mengerti akan arti dari rasa “syukur” dan aku juga seorang wanita tidak pernah memikirkan kondisi keberadaan saat berpijak, hanya memikirkan hasrat untuk memiliki. Hingga saat aku berpijak di Jogjakarta, aku tak lagi dapat mensia-sia kan sesuatu yang ada dihadapan ku, sekecil apapun. Yaa… urusan makan saja, aku harus menerima nasi yang kemarin, perak, keras, dan bagi ku, itu sangat tidak menyenangkan. Bahkan lauk yang tersajikan diwarung-warung kecil hanya sayur. Hmmm… entah, layak atau tidaknya makanan  itu disantap. Tak ada seorangpun yang dapat mendengarkan keluh ku , kanapa? Karena aku takut, takut dibilang “wanita manja”. Tapi memang seperti inilah aku dahulu.
                Hingga kondisi yang merubah ku menjadi lebih mengerti. Nasi perak yang bagi ku tidak menyenangkan untuk suapan ku. saat ini, begitu menyenangkan. Lauk yang hanya sayur layu, bagi ku ini sangatlah nikmat ketika memakannya bersama seorang teman yang mangajarkan arti kehidupan. Perlahan aku merubah semua tata cara hidupku, walau tak seperti pesulap merubah sobekan kertas menjadi burung. Semua ku niatkan dengan mengucapkan “bismillah”.
                Perubahan ku ternyata tidak mulus dengan niat ku. Terkadang teman dapat memberikan suatu yang bermakna bagi ku, tetapi teman dapat juga menghancurkan niat ku yang baik – semoga Tuhan sudah memberikan penilaian sedikit dengan niat ku yang terjebak akan rayuan.
Mulailah aku dengan “merokok”. Ini pernah ku lakukan saat aku duduk dibangku SMA. Pertama kalinya aku melakukan hal itu bersama seorang wanita yang lebih tua dari ku. Aku pun tak mengerti mengapa dia melakukan hal itu. Hmm.. aku bertanya, mungkin dia hanya ingin bergaya saja?, atau kehidupan dia yang membuat dia seperti itu? Hanya dia dan Tuhan yang mengetahui hal itu. Wanita itu adalah “Kakak ku” . hahhahha… aku tak pernah menyalahkan dia. Toh, dia tidak pernah merayu ku, melainkan dengan keinginan ku saja. Kami merokok tidak dengan bekal pengetahuan cara menghirup batang rokok, asal hisap bagi ku itu sudah merokok. Merokok menjadi teman berbincang kita pada sore hari itu. Terdengar suara tangga yang berjalan. Upss.. bukan tangga yang berjalan, melainkan mama berjalan setapak melewati anak tangga. Kita bergerak dengan gesit, pecah sudah perbincangan serius kita. Mematikan rokok merupakan hal pertama yang harus dilakukan, dan kakak ku membuika jendela, hingga menghilangkan jejak. Prakkk… mama membuka pintu. Semua terhenti, hingga tak sadar raut wajah ku menjadi kaku dihadapan mama – semoga mama tidak mengetahuinya.
                Kalakuan nakal seperti itu sudah terjadi. Tak heran bagi ku, jika aku mengulangi itu kembali. Lagi-lagi aku beruntung, aku mendapatkan teman yang dapat menengur ku dengan bahasa cintanya. Salah seorang teman ku mengatakan “apa perlu aku memarahi kamu?”. Aku terdiam, aku menjadi bisu, hingga hanya gerakan kepala saja yang dapat ku perlihatkan yaitu “menggeleng”- tidak. Dengan terburu kembali membela diri dan meyakinkan bahwa “aku tidak akan merokok lagi”. Jawabannya sangat mengecewakan ku, yaitu “teori tok”. Ooohhh… Tuhan, dia sudah tidak mempercayai ku. Aku harus seperti apa agar dia kembali mempercayai ku ??? aku kembali diam. Tiba-tiba dia menganjukan jari kelingkingnya kehadapanku. Dan berkata “janji?”
Ooohhh… Tuhan, sekali lagi aku menyebut nama-MU. Dengan raut wajah yang tak meyakinkan, aku tersenyum. Bukankah akan bertambah dosa ku, jika aku mengingkari janji itu, atau dia bertambah untuk tidak mempercayai aku lagi. Pilihan yang mematikan bagi ku. Hingga akhirnya, aku tak menyetujui itu. Hmm… biarlah dia beranggap seperti apa…
Sungguh suasana yang tidak menyenangkan bagiku dan baginya. Tersentak aku memandangnya tanpa sadar. Terlihat dia dengan raut wajah penuh kecewa. Tak banyak yang ku perbuat, hanya menghibur dengan tawa tak jelas. Biarlah, anggap saja sebagai bayaran yang belum lunas untuk kecewa mu malam itu.  Nanti kamu juga akan mengetahui, dan kamu pasti tersenyum buat ku. Amiiin J
Aku baru mendapatkan message dari dia. Aku menanyakan sebuah keinginan dia untuk ku. Tidak muluk, tidak banyak dan sepertinya – bagi dia itu sangat mudah. Aku pun tak meyakini itu dapat ku raih dengan hidupku. Message-nya yaitu :
                Jangan ambekan
      Jangan egois
      Jadi diri sendiri
      Jangan banyak keinginan
      Hargai hidupmu
aku pun menjawab message-nya yaitu :
                hmm… bisa kok diatasi !
lagi – lagi dia menjawab “teori tok”. Hakssss….. harus seperti apa aku menjawabnya kembali?


-bersambung....